Membaca karakter serta kepribadian seorang bisa diamati dengan banyak metode. Salah satunya memandang wujud batok kepala serta diucap pula frenologi. Diyakini dalam ilmu kalau wujud batok kepala seorang berlainan serta seperti itu yang memastikan metode berasumsi seorang. Wawasan ini berawal dari bahasa Yunani“ phren” yang berarti“ arwah” serta“ logos” yang berarti“ wawasan”.
Phrenology dibesarkan oleh Franz Gall, yang senantiasa menyangkutkan keahlian intelektual dengan karakter. Phrenology pada kesimpulannya dikira selaku pseudoscience ataupun ilmu imajiner, walaupun terdapat pula yang mensupport kemajuan ilmu wawasan sampai dikala ini.
Gimana Metode MEMBACA Batok kepala DALAM FRENOLOGI?
Ahli hendak merasakan kepala buat benjolan. Setelah itu mereka hendak memandang di mana kepala tertunduk. Setelah itu pakar frenologi hendak membagikan kesimpulan mengenai tonjolan di kepala.
Kesimpulan ini hendak timbul dari bagan penting yang dipakai dalam aplikasi frenologi. Sayangnya, pustaka ini tidak masuk ide, paling utama di bumi ilmu jiwa. Ilmu ini kesimpulannya diselingi dengan seni melihat jejak tangan serta astrologi, keduanya dikira pseudosains ataupun pseudosains. Artikulasi phronological belum dipakai semenjak dini era ke- 20.
Peninggalan frenologis
Phrenology tidak lagi diakui selaku ilmu. Tetapi, bukan berarti seluruh bagian senantiasa serupa. Sebagian ilham dari frenologi lagi dipakai dikala ini, paling utama dalam ilmu saraf.
Para akademikus sedang menyangkutkan bagian- bagian serta metode kegiatan otak dengan membaca wujud batok kepala. Saat sebelum timbulnya frenologi, dokter serta pakar operasi melaksanakan pembedahan kepala dengan metode yang amat agresif. Ini, pasti saja, membatasi pencarian saraf yang kasar.
Suatu majalah memberi tahu kalau Gall melaksanakan observasi yang amat hati- hati kepada anatomi otak. Tata cara ini jauh saat sebelum pembedahan dicoba.
Para periset pula yakin kalau seluruh yang dicoba Franz Gall dalam frenologi pula terpaut dengan linguistik. Dalam sebagian permasalahan, seorang bisa jadi tidak menguasai bahasa dengan bagus ataupun hadapi kesusahan dalam konsep tutur. Perihal ini pasti saja diakibatkan oleh kehancuran pada zona otak. Frenologi cuma bisa dikira selaku ilmu imajiner serta tidak lagi dipakai. Tetapi, sedang terdapat peninggalan yang dibiarkan oleh frenologi dalam ilmu wawasan yang dipercayai sampai dikala ini.