Tradisi keluarga kami yang biasa adalah membesarkan anak-anak yang tidak perlu berpuasa. Tujuannya agar mereka siap secara fisik, mental dan spiritual saat dibutuhkan.
Namun dalam praktiknya, tidak semua anak sama mudahnya untuk berlatih. Apa yang harus dilakukan orang tua saat menghadapi anak yang masih ogah-ogahan? Idealnya, kita belum menghadirkan stimulan (dorongan) yang bisa memotivasi.
Bentuk stimulan dapat bervariasi. Salah satu yang terpenting adalah memahami makna puasa dan kegunaannya bagi kita. Dapat kita jelaskan bahwa puasa adalah kewajiban dari Allah SWT kepada umat-Nya. Dan Tuhan telah menjamin bahwa dia bisa dan kuat, selama dia tidak sakit. Namun alangkah baiknya juga jika disertai dengan penjelasan pahala Allah bagi orang yang berpuasa berupa pahala ganda di akhirat. Pengenalan akhirat adalah dasar dari pendidikan anak.
Mengajarkan Anak Puasa
Saat kita menjelaskan kepada anak apa itu puasa, tentunya kita juga harus menyesuaikan dengan usia anak. Seberapa jauh kita dapat menjelaskan dan seberapa banyak anak dapat memahami dipengaruhi oleh usia dan perkembangan kognitif anak.
Bagi anak-anak yang masih terlalu kecil, konsep agama, Tuhan, kewajiban beribadah, terutama akhirat, masih merupakan sesuatu yang serba abstrak. Untuk anak kecil, pendekatan buku dan cerita bisa sangat membantu.
Selama anak-anak dapat melihat contoh orang dewasa di sekitar mereka dan merasakan suasana keluarga yang sangat mendukung, pernyataan ini hampir pasti akan berpengaruh. Ketika mengajak anak untuk mengerti dan belajar melakukan sesuatu, keteladanan orang tua secara alami akan membantu proses belajar anak, bukan sekedar kata-kata. Bukankah begitu cara anak belajar dengan meniru orang-orang terdekatnya?
Agar tidak kaget dan merasa berat, agama menganjurkan kita untuk memberikan kemudahan, seperti puasa setengah hari atau puasa beberapa jam. Untuk membesarkan anak, proses adalah yang terpenting.
Mereka juga disebut anak-anak agar mereka termotivasi, kita harus memberikan reward yang mendidik, menantang atau memotivasi. Penghargaan ini kami berikan sebagai pengakuan atas kemauan dan kemampuan mereka. Imbalan akan meningkatkan harga diri dan efikasi diri (kepercayaan diri).
Penghargaan ini tidak harus selalu berupa materi. Pujian yang tulus atau ekspresi yang membesarkan hati juga merupakan hadiah. Pemberian reward ini penting karena kita tidak hanya mengingat kesalahan atau kekurangan anak, sambil melupakan prestasinya. Selain itu, anak juga harus diajak untuk memahami sejak dini bahwa puasa bukanlah tujuan. Tidak ada tujuan dalam arti kita tidak cukup lapar dan haus di siang hari, itulah sebabnya disebut puasa. Puasa merupakan salah satu bentuk pengajaran dari Tuhan kepada semua manusia untuk memperbaiki diri melalui amalan.