Sikap defensif adalah perilaku dan pikiran ketika menerima kritik dari orang lain. Hal ini sering menyebabkan rasa malu, marah dan sedih. Bukan tidak mungkin, orang dengan sikap seperti itu akan mengadopsi sikap sarkastik. Sikap ini juga dapat mengancam hubungan dengan orang lain, karena potensi konflik cukup tinggi. Orang bisa memperlakukannya dengan tenang atau mengkritiknya lebih tajam.
Sikap defensif
Perilaku defensif dimaksudkan untuk melindungi perasaan dari rasa malu atau takut. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian pada kesalahan orang lain. Jadi orang yang membela akan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri pada saat itu.
Dalam jangka pendek, memang benar sikap ini bisa menjadikan orang merasa lebih baik. Namun dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan rasa tidak enak yang lebih dominan.
Ketika seseorang menuding kesalahan orang lain untuk melindungi diri mereka sendiri, itu bisa mengarah pada sikap defensif yang serupa. Artinya, ada lingkaran setan pembelaan diri yang tidak pernah berakhir.
Lebih buruk lagi, ketika siklus ini terjadi, semua orang yang terlibat mungkin tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi.
Apa penyebabnya?
Jika Anda merasa seperti diri sendiri, sering-seringlah bersikap defensif. Orang dengan trauma masa lalu, seperti diintimidasi saat kecil, dapat tumbuh menjadi pengganggu terhadap orang lain. Tujuannya adalah untuk merasa lebih kuat pada saat itu dengan menciptakan ilusi keamanan. Selain itu, perilaku defensif juga dapat terjadi karena seseorang mengamati perilaku lingkungannya. Misalnya dengan mengamati apa yang dilakukan orang tua, pasangan, saudara kandung, dan sebagainya. Secara umum, sikap defensif biasanya merupakan akibat dari penyebab psikososial, bukan dari genetik.
Bagaimana menghadapinya?
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi atau menghindari sikap defensif. Langkah pertama adalah menyadari sikap ini. Anda dapat menuliskan perasaan Anda setiap malam dan melihat situasi apa yang memicunya.
Jangan lupa untuk memvalidasi perasaan Anda ketika Anda dikritik. Berdasarkan rasa sakit, takut, malu dan sejenisnya. Tidak apa-apa untuk merasa seperti itu, karena itu wajar. Karena itu, tidak perlu merasa seperti orang jahat.
Dengan cara ini, seseorang bisa lebih jujur dan tidak menyembunyikan perasaannya. Hal ini dapat mempertajam empati kepada orang lain sehingga mereka mengakui apa yang dikritik orang lain. Yang tidak kalah penting, jika ada aspek kehidupan yang sering membuat Anda defensif, cobalah untuk memperbaikinya.
Ketika harga diri meningkat, Anda secara otomatis mendapatkan kepercayaan diri. Tanyakan langsung ke dokter untuk membahas lebih lanjut kapan postur defensif ini membutuhkan terapi khusus